BANTEN,JPO- Jumat, 4 Oktober 2024 kemarin Provinsi Banten genap berusia 24 tahun. Usia yang tak muda, setelah berpisah dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000 silam, lewat pengesahan UU Nomor 23 Tahun 2000.
Ironisnya, masih banyak warga yang tidak tahu HUT Banten tersebut. Hal yang wajar, karena selebrasi atau simbol perayaan HUT Banten ke-24 gaungnya juga tak seberapa, bahkan terlihat sunyi.
Kemeriahan HUT Banten hanya terlihat di Ibukota Serang. Ada rangkaian doa dan istighosah. Ada penyelenggaraan Job Fair, dan juga Business Investement Forum. Ada lomba Badminton hingga Car Free Day.
Walau terkesan sunyi, dibalik HUT Banten kali ini segudang harapan warga Lebak terukir. Bahkan dalam diam mereka, gemuruh suara yang menginginkan perubahan serta perbaikan nasib terus menggema.
Salah satunya yang diungkap oleh Mian (57), warga Desa Sukatani, Kecamatan Wanasalam, Lebak, Banten. Ia dan keluarga tinggal di rumah gubug di lahan garapan peninggalan orang tua.
Rumah yang tak layak dan juga rawan, karena lahan yang ditumpanginya sejak tahun 1970 kini diaku oleh pihak swasta yang mengaku memiliki hak guna bangunan (HGB).
Was-was hati selalu dialami Mian, trauma alat berat pernah merangsek lahan taninya.
Demikian juga dengan Saripan (43) warga Desa Cipeucang, Kecamatan Wanasalam, Lebak, Banten. Laki-laki buruh tani ini adalah seorang difabel yang kehilangan kaki sebelah kanan akibat gigitan ular.
Tak mampu membeli kaki palsu, Sarikam membuat kaki palsu dengan bahan dasar pipa paralon, kayu, dan karet. Hal ini terpaksa Ia lakukan untuk menunjang aktivitasnya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Di wilayah lain, yakni Desa Cikamunding, Kecamatan Cilograng, Lebak, Banten, warga yang lelah menanti perbaikan jalan desa akhirnya berinisiatif melakukan perbaikan jalan sepanjang 7 kilometer secara swadaya.
Awal September 2024, ratusan warga bergotong royong memperbaiki jalan yang menjadi penghubung empat desa yang telah lama dibiarkan rusak, dan tak kunjung diperbaiki.
Tak hanya bapak-bapak, kaum emak-emak, para pemuda dan anak-anak rela memberikan tenaga, bahkan merogoh kocek dalam-dalam demi jalan bagus dan layak yang sangat dirindukan.
Tiga kisah diatas, merupakan cerminan tak sedikit warga di ujung Provinsi Banten, yakni Kabupaten Lebak. Kemiskinan ekstrem, pengangguran, infrastruktur yang tak menunjang roda ekonomi menjadi persoalan mendasar di Kabupaten Lebak.
Perhelatan Pilkada November mendatang, pastinya akan mencetak pemimpin baru. Namun, Banten tak hanya butuh figur atau sosok yang baru, tapi ide, gagasan, pemikiran dan political will yang baru, untuk mempercepat pengentasan kemiskinan dan disparitas pembangunan yang makin mencolok.