LEBAK, BANTEN –JPO– Jelang Pemilu 14 Februari 2024 yang tinggal menghitung hari saja, media sosial diramaikan dengan nuansa persaingan antara dua caleg DPRD Provinsi Banten, yang keduanya merupakan putra daerah asli Kecamatan Wanasalam.
Hal ini dibuktikan dengan beberapa video viral kedua caleg yang berisi saling sindir hingga wacana tantangan debat terbuka. Saling sahut lewat media sosial pun tak terhindarkan.
Pantauan di medsos, konstituen masing-masing caleg pun terbawa situasi. Beragam komentar bermunculan dari netizen, membela caleg yang didukungnya, hingga menyerang dengan kata-kata tak pantas caleg yang tak didukungnya.
Melihat dinamika ini, salah seorang jurnalis di Kabupaten Lebak, Sandy, mengaku miris, saat masyarakat butuh penguatan dan keyakinan akan visi, misi, serta program kerja calon wakil rakyat, sejumlah perbedaan pendapat malah dipertontonkan secara terbuka.
“Waktu sudah mendekati hari pencoblosan, penguatan visi, misi, serta program kerja caleg harus dilakukan agar masyarakat lebih paham. Jangan suguhkan masyarakat dengan tontonan yang tidak membuat pendewasaan berpolitik. Walau dari sudut pandang media ini bagus bisa mendongkrak traffict pembaca, tapi kasihan masyarakat,” ungkap Sandy.
Mantan Jurnalis Pikiran Rakyat Media Network (PRMN) juga meminta Bawaslu untuk memonitor segala perkembangan yang terjadi. Baik dalam kampanye terbuka maupun kampanye di media sosial, serta potensi konflik yang bakal terjadi terkait hal ini.
“Saya menyoroti kinerja Bawaslu Lebak dan jajaran. Kalau tidak salah isu ini meruncing saat ada caleg yang tebar janji akan bagi-bagi bakso dan es cendol. Muncul lagi fakta banyak anak kecil yang terlibat kampanye, muncul juga narasi menjelek-jelekan caleg lain miskin, dan lain-lain. Jika Bawaslu tegas, minimal tidak jadi blunder seperti sekarang ini,” tegas Sandy.
Di lain hal, Sandy menilai dua caleg tersebut merupakan putra daerah terbaik yang dimiliki Lebak Selatan. Keduanya berpeluang besar untuk duduk di DPRD Provinsi Banten, menyuarakan aspirasi masyarakat khususnya Lebak Selatan.
“Keduanya potensial duduk di DPRD Banten, hanya beda style saja. Masyarakat Lebak Selatan khususnya Kecamatan Wanasalam harusnya kompak dukung keduanya harus jadi. Toh endingnya nanti warga yang akan merasakan dampak positifnya. Akan lebih banyak lagi program, aspirasi, atau bantuan dari Pemprov Banten karena punya dua wakil rakyat,” tukasnya.
Disinggung soal wacana debat terbuka yang digagas organisasi mahasiswa, Sandy merasa ajang debat merupakan sarana yang pas untuk mengetahui apa visi dan misi yang dimiliki kedua caleg tersebut.
“Saya mendukung wacana debat terbuka, apalagi yang mengadakan mahasiswa atau akademisi. Tinggal dikerucutkan saja materinya apa, siapa moderatornya, dan tata tertib debat. Tapi apakah keduanya bersedia datang, siapa yang bisa memastikan itu?,” pungkas Sandy.