{FULL DISKUSI} A-PPI Nagan Raya Bersama Tokoh Masyarakat Tadu Raya, Ini Yang di Bahas

Ket foto : Diskusi ringgan Tokoh Masyarakat bersama A-PPI Nagan Raya
banner 468x60

Jejakperistiwa.online — Diskusi ringan bersama elemen dan tokoh Masyarakat di Kecamatan Tadu Raya Kabupaten Nagan Raya Ketua Asosiasi Pewarta Pers Indonesia (A-PPI) Muhammad Adhar mengatakan pentingnya memisahkan fakta dari opini, berfikir sebab akibat bukan sebab selera, sebelum mengomentari informasi tersebut.

Sebelumnya Keuchik Chairulman menyampaikan ucapan terima kasih atas diskusi yang di bangun diharapkan dapat menjadi edukasi ditengah Masyarakat.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

“Mudah mudahan apa yang Kita perbincangkan ini bisa menjadi edukasi di Masyarakat”, ucap Keuchik Gampong Gunong Sapek tersebut.

Muhammad Adhar menyebutkan, berpikir kritis memungkinkan seseorang untuk tidak langsung menerima informasi begitu saja, melainkan memeriksanya terlebih dahulu siapa yang menyampaikan, apa tujuannya, dan apakah ada bukti yang mendukungnya.

“Kebingungan manusia modern bukan karena kekurangan informasi, tapi karena gagal membedakan yang nyata dari yang dibentuk”, kata Muhammad Adhar Ketua DPD A-PPI Kabupaten tersebut.

“Fakta adalah kenyataan. Opini adalah interpretasi. Logika kritis dilatih ketika kita belajar memilah antara “apa yang terjadi” dan “apa yang dikatakan tentang yang terjadi”, ujar Muhammad Adhar.

Dikatakannya, narasi sepihak, dan berita yang dibingkai untuk membentuk persepsi tertentu, kemampuan ini menjadi perisai. Tanpa berpikir kritis, seseorang mudah dimanfaatka karena apa yang tampak benar belum tentu benar, dan yang terlihat salah belum tentu salah.

“Manipulasi dan propaganda bekerja dengan memanfaatkan emosi, menyederhanakan realitas, dan mengulang pesan agar diterima sebagai kebenaran”, terangnya.

Ia mengatakan, di sinilah berpikir kritis menjadi ancaman bagi mereka karena kemampu menganalisis akan bertanya, menggugat, dan akhirnya bebas dari kendali informasi palsu.

Berpikir kritis bukan sekadar teknik intelektual, tetapi tindakan pembebasan, sehingga membentuk pemikiran tidak sekadar asal ikut arus atau sekedar Asal Bapak Senang (ABS) akan tetapi mampu menentukan sikap berdasarkan pemahaman yang sadar.

“Berpikir kritis adalah fondasi bagi demokrasi, dialog, dan kebenaran yang terus dicari bukan diterima begitu saja”, jelasnya.

Muhammad Adhar menambahkan berpikir sebab-akibat, bukan sebab-selera pasalnya, logika menghubungkan titik-titik kebenaran, sedangkan hawa nafsu hanya menarik garis menuju keinginan pribadi.

“Analisis kritis membutuh hubungan sebab-akibat yang jelas. Banyak orang menyimpulkan sesuatu hanya karena ingin terdengar benar tampa berpijak pada realita yang ada” , sebutnya.

 

 

Pewarta : Herlambang

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *