Banda Aceh,Aceh|Jejakperistiwa.online – Dikutip dari laman resmi DPP Partai SIRA yang diposting ulang dilaman Peureute SIRA dalam keteranganya H. Muhammad Nazar menjelaskan : Hidup adalah perjuangan. Ini memang nyata, bukan sekedar idiom dan kata-kata biasa. Manusia tak mungkin lepas darinya. Yang berbeda hanyalah niat, cita-cita, cara, proses, tujuan, hasil, tantangan, resiko dan derajatnya saja, kemana ia diarahkan, apa yang ingin dituju, bagaimana ia dilakukan, apa hasilnya dan nilainya, bermanfaat atau tidak untuk orang-orang lain maupun dirinya, bahkan hingga bagi bangsa, negara dan agama.
Perjuangan dalam ajaran Islam berarti mencurahkan segala daya upaya, lahir batin hingga keikhlasan mengorbankan jiwa raga dan harta benda serta kesiapan menghadapi segala tantangan dan resiko untuk mencapai derajat agung dan ridha Tuhan secara serius dan terorganisir, didorong oleh niat ikhlas dan cita-cita mulia karena kehadiran keyakinan iman yang kokoh.
Berhijrah dalam segala arti dan definisinya yang sangat luas adalah termasuk diantara ragam perjuangan berat dan tidak mudah, karena sejak melakukannya langsung akan menghadapi sejumlah tantangan dan rintangan dari dalam diri sendiri dan dari yang paling dekat hingga dari sekeliling dan luarnya yang paling jauh yang kemudian sengaja dapat mendekat untuk merusaknya.
Menjadikan diri sebagai pejuang yang memperoleh kemenangan yang sebenarnya juga tidaklah mudah. Sejumlah tantangan dan rintangan pasti menyapa secara rutin dan sering tak terduga. Kesuksesan yang paling tinggi dan diharapkan adalah mencapai kebahagiaan di akhirat, derajat yang tinggi dan keridhaan Tuhan yang tidak dapat dibeli, tidak seperti kebahagiaan sementara di dunia yang mungkin dapat dibeli tetapi tak lama ia bisa sirna seketika.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَهَاجَرُوا۟ وَجاهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ
Artinya: Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. At-Taubah ayat 20)
Tetapi perjuangan yang benar dan mulia tersebut harus dimulai sejak di dunia sebagai ladang awal sementara, tempat manusia bercocok tanam. Mereka dapat memilih, menanam apapun dan merewatnya, lalu menuai hasilnya sesuai dengan yang ditanam.
Hati dan jiwa berpadu akal dan tindakan selalu bebas memilih ukuran serta ketentuan yang ditetaptkan Tuhan. Tetapi Tuhan senantiasa mengarahkan para Hamba-Nya untuk kebenaran dan kebaikan, yaitu memilih jalan surga. Dia, karena Maha mengetahui, Maha adil dan Maha bijaksana sengaja telah memberitahukan konsekuensi bagi pilihan para hamba-Nya. Nanti, di hari akhirat konsekuensinya adalah surga atau neraka.
Sebahagian cobaan dalam kehidupan dan perjuangan memang dinampakkan di dunia, ada kesulitan dan ada kemudahan, ada yang dianggap baik atau buruk, ada yang disenangi dan dibenci oleh manusia, dan seterusnya. Itulah seluk beluk kehidupan dan bahagian dari perjuangan. Tetapi baik atau buruk, penilaiannya tidaklah sama antara yang disimpulkan oleh manusia dan Tuhan Sang Pencipta.
كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah ayat 216)
Maka tak ada satupun manusia, sealim dan seshalih apapun dia yang dapat memegang kunci surga dan neraka. Kunci-kunci surga dan neraka itu mutlak ada di tangan Tuhan saja, tak boleh pada selain-Nya.
Demikian pula datangnya hari kiamat tidak ada kaitannya sama sekali dengan dorongan dari tindakan manusia, tetapi ia pasti tiba. Inilah yang harus menjadi keyakinan pasti dalam diri para hamba Tuhan yang beriman.
Kedatangan kiamat paling kecil diantaranya adalah kematian dan hilangnya nyawa makhluk serta kehilangan apa yang disukai dan yang pernah dimiliki. Itu hanya bahagian terkecil diantara cara Tuhan mengajarkan para hamba-Nya, jika kiamat besar juga ada, akan tiba dan menjadi puncak kiamat yang tak lagi dapat diatasi dan dihindari menuju penghakiman yang benar-benar adil dari-Nya serta akan memasuki dalam kehidupan abadi yang sebenar-benarnya bagi yang berhak.
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَىٰهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّى ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَآ إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْـَٔلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِىٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ ٱللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu tentang hari akhir: ‘Kapankah terjadinya?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang itu ada pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun ada yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat bagi yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Tuhan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui’,” (QS. Al A’raf ayat 187).
Karena itu semasa menjalani kehidupan di dunia bertindaklah dalam ukuran makhluk Tuhan yang selalu berusaha melakukan hingga menyebarkan kebaikan dan kebenaran. Tetapi jangan pernah berupaya melakukan sesuatu yang tidak mungkin. Jangan merasa diri memegang kunci surga dan neraka bagi manusia lainnya.
Kedaulatan dan kewenangan manusia yang telah ditetapkan oleh Tuhan sebagai para khalifah bumi yang berkuasa, bahkan para ulama, mufti dan hakim yang dipandang paling hebat di mata manusia dunia dalam disiplin urusan menelaah serta menetapkan keputusan hukum sekalipun telah dibatasi.
Seorang pribadi hingga suatu lembaga atau organisasi buatan manusia yang menghendaki penegakan syariat Islam misalnya, dengan pemahaman keislaman yang mungkin sangat-sangat terbatas, masih sekadar sampul dan simbol fisik semata, bahkan jika sangat hebat dan menguasai ilmu agama yang menyeluruh sekalipun— tidak dibenarkan berperilaku dan bertindak seolah-olah sedang memegang kunci-kunci surga serta kunci-kunci neraka.
Penulis : H. MUHAMMAD NAZAR
Editor : Adh@r