Meracik Kopi, Merawat Demokrasi: Hangatnya Silaturahmi Bupati Nagan Raya dan Insan Pers di Warkop Jeup Kupi

banner 468x60

Jejakperistiwa.online – Sabtu pagi yang cerah di Jeuram terasa berbeda. Warkop Jeup Kupi Lung Baro, sebuah kedai kopi sederhana di jantung Kecamatan Suka Makmue, mendadak menjadi ruang temu yang hangat antara pemegang kendali kebijakan daerah dan para pewarta yang saban hari menulis denyut kehidupan masyarakat Nagan Raya.

Di tengah kepulan aroma kopi dan gemuruh obrolan santai, Bupati Nagan Raya, Dr. TR Keumangan, SH, MH—atau yang akrab disapa TRK—duduk berdampingan dengan para wartawan. Tak ada jarak protokoler. Tak ada podium. Hanya meja kayu, gelas kopi, dan kesamaan niat: membangun komunikasi yang terbuka dan setara.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Ditemani Sekretaris Daerah Ir. Ardimartha dan Kepala Dinas Kominfotik Nila Kasma, serta dihadiri sejumlah kepala SKPK dan camat, Bupati TRK menginisiasi dialog terbuka yang lebih menyerupai temu kawan lama daripada forum resmi pemerintah.

“Melalui kegiatan ini, kami ingin membangun komunikasi yang lebih cair dengan rekan-rekan media. Kita ingin mewujudkan Kabupaten Nagan Raya yang bermarwah, mandiri, dan madani—dan itu tidak bisa dicapai tanpa peran media,” ucap TRK, sambil menyesap kopi hitam Aceh khas kedai tersebut.

Ia menekankan bahwa kritik dan saran dari media adalah bahan bakar penting dalam menjalankan roda pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

“Wilayah kita luas. Pemerintah tentu punya keterbatasan. Karena itu, bila ada kejanggalan atau masalah yang belum kami ketahui, kami harap media bisa menyampaikannya. Kita perbaiki bersama,” tambahnya dengan wajah terbuka.

Di seberang meja, beberapa jurnalis mengangguk setuju. Ada senyum, ada rasa dihargai. Di antara mereka hadir pula perwakilan dari organisasi seperti PWI, SWI, RAPI, dan Dewan Pimpinan Daerah A-PPI Nagan Raya.

Desta, Sekretaris DPD A-PPI, memaknai pertemuan itu sebagai bentuk baru dari komunikasi demokratis. Dalam pandangannya, coffee morning bukan sekadar seremoni, melainkan ruang interaksi yang membumi dan jujur.

“Kopi pagi bukan hanya minum bersama. Ini tentang mencairkan sekat, membangun dialog dalam suasana santai, tapi bermakna. Di ruang seperti ini, ide-ide bisa muncul lebih bebas, lebih jernih,” ungkap Desta, yang hadir mewakili Ketua A-PPI Muhammad Adhar.

Desta juga menyampaikan harapan agar kegiatan seperti ini tidak berhenti hanya pada satu sesi. Ia bahkan berseloroh, “Kalau bisa, kita lanjutkan ke midday coffee, atau kalau malam sekalian evening coffee. Semakin sering berdiskusi, semakin banyak solusi yang bisa ditemukan.”

Di balik suasana santai itu, terselip pesan yang dalam: membangun daerah tak cukup hanya dengan anggaran dan rencana kerja. Perlu komunikasi yang tulus dan partisipasi yang aktif. Di sinilah peran pers menjadi vital—bukan sekadar pelapor, tetapi penghubung antara harapan rakyat dan tindakan pemerintah.

Silaturahmi di pagi itu pun berakhir tanpa sambutan panjang, tanpa tepuk tangan formal. Yang tersisa adalah rasa saling menghargai dan janji untuk terus menjaga komunikasi, serupa hangatnya kopi yang baru diseduh.

 

Pewarta : Herlambang

banner 300x250

Pos terkait

banner 468x60

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *