⚖️ Lampung Tengah – Perselisihan antara Pemerintah Kampung Sri Sawahan dan PT. Kuasa Omega Raya mencuat terkait dugaan pagar perusahaan yang dianggap memakan badan jalan usaha tani (JUT) serta kewajiban Corporate Social Responsibility (CSR) yang dinilai tidak transparan.
Kepala Kampung Sri Sawahan, Supriyono, menegaskan pagar perusahaan telah memasuki badan jalan sekitar satu meter. Ia meminta perusahaan segera membongkar pagar demi kepentingan masyarakat.
“JUT ini akses vital untuk mengeluarkan hasil bumi dan bagian dari ketahanan pangan. Minggu depan akan diukur ulang dan saya minta pagar segera dipindahkan,” tegasnya. Jumat, 01/08/2025.
Menanggapi hal tersebut, Danang selaku Manager PT. Kuasa Omega Raya menyebut pihaknya masih menunggu pengukuran resmi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) sesuai instruksi pemilik perusahaan.
“Atas perintah Bu Yeni, tanah harus diukur ulang agar jelas batasnya,” ujarnya.
Selain masalah pagar, Kepala Kampung juga menyoroti kewajiban CSR perusahaan. Ia menilai perusahaan selama ini kurang memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat.
“Sekitar tiga tahun CSR tidak jelas realisasinya,” ungkap Kakam Supriyono.
Namun, pihak perusahaan mengklaim telah menyalurkan CSR Rp3 juta per tahun ditambah potongan harga kotoran ayam bagi petani sekitar. Perusahaan menyebut omzet tahunan mencapai Rp40 juta, sehingga CSR yang diberikan dianggap sudah proporsional.
Warga menilai CSR seharusnya transparan dan dapat dirasakan langsung masyarakat terdampak, bukan hanya melalui satu pintu ke Kepala Kampung.
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan PP No. 47 Tahun 2012, perusahaan berbasis sumber daya alam wajib melaksanakan CSR. Jika lalai, sanksi administratif hingga pencabutan izin usaha dapat dijatuhkan.
Kini, masyarakat menunggu hasil ukur ulang tanah dan kesepakatan transparansi CSR agar konflik ini dapat diselesaikan secara adil dan bijaksana.
