OKU Selatan, jejakperistiwa.online – Sejumlah warga Desa Balayan, kian resah setelah muncul dugaan penyelewengan dana ketahanan pangan desa tahun 2022.
Selain mengungkap bahwa sapi yang dibeli dengan dana desa untuk ketahanan pangan dipotong dan dijual kepada masyarakat saat Idul Fitri, warga juga mencurigai adanya penyelewengan dalam penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Menurut AS, salah satu warga desa yang enggan disebutkan namanya secara lengkap, sapi-sapi tersebut seharusnya dibeli sebanyak tujuh ekor dengan total anggaran Rp142.724.000.
Namun, faktanya, hanya empat ekor sapi yang dibeli dan kemudian dijual dagingnya dengan harga bervariasi, antara Rp100.000 hingga Rp150.000 per kilogram. “Memang benar, sapi hasil dari dana ketahanan pangan itu dijual,” kata AS.
Tidak berhenti di situ, warga juga mengungkap masalah lain terkait penyaluran BLT. Berdasarkan aturan, BLT seharusnya dibagikan dalam empat tahap, dengan masing-masing penerima mendapat Rp900.000 per tahap.
Namun, kenyataannya, BLT tersebut hanya dibagikan dua kali, jauh dari yang dijanjikan. “Seharusnya ada empat kali pembagian, tapi kami hanya menerima dua kali,” keluh seorang warga.
Warga Desa Balayan kini mempertanyakan transparansi penggunaan dana desa oleh kepala desa, Rustam, serta meminta penjelasan terkait dugaan penyelewengan ini.
“Apakah barang yang dibeli dengan uang negara boleh dijual untuk kepentingan kepala desa? Dan mengapa BLT yang seharusnya disalurkan penuh malah hanya diterima setengah?” tanya warga yang kecewa.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada klarifikasi dari pihak pemerintah desa maupun aparat terkait mengenai tuduhan penyelewengan dana desa dan BLT ini.
Warga berharap, pihak berwenang segera turun tangan untuk menyelidiki kasus ini dan memastikan hak-hak masyarakat dipenuhi sesuai aturan yang berlaku.
Dugaan penyelewengan dana ketahanan pangan dan BLT ini, menambah panjang daftar masalah yang melibatkan pengelolaan dana desa di berbagai wilayah, yang seharusnya ditujukan untuk kesejahteraan warga.
Reporter: (ISK)