PEPATAH Jaman dulu mengatakan “Lempar batu sembunyi tangan” sudah menjadi budaya yang tidak baik ditengah-tengah masyarakat. Bahkan Kalimat itu sudah mengarah pada perbuatan fitnah.
Kalimat lempar batu sembunyi tangan atau maling teriak maling imbasnya hampir menimpa seluruh kehidupan di dunia ini, baik pribadi, golongan atau dilingkungan kita sendiri.
Diorganisasi pers juga tidak bisa dielakkan, bannyak kasus-kasus semacam ini kerap terjadi pada perkumpulan atau lembaga serta organisasi pers.
Tujuannya tidak lain demi kepentingan pribadi atau golongan yang ingin merasa paling benar dan paling bersih Dimata sesama.
Di organisasi pers PWDPI juga penyakit ini mulai merambah. Sudah ada segelintir anggota yang melakukan perbuatan keji dan melanggar norma-norma agama, adat serta sosial, ujar Nurullah. Minggu, 26/03/2023.
Beberapa Modus sudah ditemukan beberapa macam, ingin cari keuntungan pribadi dan demi menutupi kelemahan atau kelakuannya oknum tersebut cari kambing hitam dan cari tumbal agar seolah oleh dirinya dianggap terzolimi dan teraniaya serta paling benar.
Aksi menebar teror seolah oleh ketua umum melanggar AD/ART, arogan dan tak layak jadi pemimpin mulai gencar dihembuskan.
Padahal apa yang dihembuskan melalui berita dan tebar teror tersebut. Cermin dirinya sendiri agar seolah-olah dirinya jadi korban. Padahal bak pepatah tidak ada asap kalau tidak ada api.
Contohnya, sebut aja dia Sikumbang. Sikumbang memang ahli memainkan peranan, berpura pura ingin membesarkan organisasi namun dibalik itu dia melakukan aksi untuk mengeruk keuntungan pribadi.
Namun bak pepatah juga, sepintar-pintarnya orang mennyimpan bangkai pasti tercium juga. Sepintar-pintar tupai melompat suatu saat akan terjatuh juga.
Meski demikian Sikumbang tidak juga mengakui kesalahannya yang sudah tercium, justru dia tidak mau tobat malah semakin menjadi.
Secara diam-diam Sikumbang mulai menebar teror jika dirinya yang paling bersih. Bahkan Sikumbang tak segan-segan menjatuhkan nama baik ketua umumnya sendiri.
Orang seperti ini bisa dikatakan masuk golongan kaum opurtunis, dia tidak ada beban mau organisasi tercoreng atau marwahnya jatuh. Dioraknya dia hanya berpikir bagaimana misi dan keinginannya tercapai serta menguntungkan dirinya dengan mengorbankan kepentingan orang bannyak.
Tapi yakinlah Allah tidak tidur, siapa yang menabur angin maka dia kelak yang akan menuai badai. Hukum alam akan berlaku pada semua orang, siapa yang menanam kejelekan maka dia kelak yang akan menanggung akibatnya.
Sengaja penulis membuat judul seperti ini agar menjadikan pengalaman kepada kita semua, berhati-hatilah dalam memilih teman dan pergaulan.
Ketika kita sudah baik dan hidup ditengah tengah orang jahat maka suatu hari kita juga akan jadi orang jahat pula. Semoga kita semua terhindar dari orang orang zolim yang suka menebar fitnah dan suka lempar batu sembunyi tangan.
Allah tidak tidur, berlahan-lahan borok dibuka dan secara berlahan mereka mundur teratur tanpa harus kita singkirkan.
(Red).